Rabu, 28 September 2016

Sepotong Kisah Perjalanan Gus Dur Bersama Kakeknya, Mbah Bisri Syansuri

Saya teringat dulu—kira-kira tahun 2006 atau 2007, saya lupa—ketika dengan semangatnya seorang teman mengajak saya untuk menonton acara Ngaji Bareng Gus Dur yang disiarkan oleh sebuah televisi lokal Jawa Timur langsung dari Masjid Sunan Ampel Surabaya. Teman saya ini pecinta berat Gus Dur, dan karena tahu bahwa saya juga mengidolakan sang tokoh bangsa itu maka dengan semangatnya ia memanggil saya.

Dalam acara itu Gus Dur menyampaikan beberapa pokok materi tentang agama, masalah kebangsaan, dan kenegaraan. Ini bisa dipandang salah satu cara Gus Dur untuk mendidik masayarakat dalam kedewasaan berpolitik.

Sepotong Kisah Perjalanan Gus Dur Bersama Kakeknya, Mbah Bisri Syansuri (Sumber Gambar : Nu Online)
Sepotong Kisah Perjalanan Gus Dur Bersama Kakeknya, Mbah Bisri Syansuri (Sumber Gambar : Nu Online)

Sepotong Kisah Perjalanan Gus Dur Bersama Kakeknya, Mbah Bisri Syansuri

Di akhir acara dibukalah kesempatan bagi yang mau bertanya. Ada sekirtar 4 sampai 5 penanya. Pertanyaan mereka bervariasi, ada yang bertanya tentang peningkatan taraf hidup petani, sikap sebagai seorang warga negara bahkan sampai pada masalah mengapa Gus Dur bekerja sama dengan Israel. Semua itu dijawab dengan jelas oleh Gus Dur. Beberapa hal penting diuraikan secara panjang lebar sehingga memakan waktu hampir separuh waktu tanya jawab.

Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw

Namun di sini saya tidak ingin menjelaskan semua pertanyaan dan jawaban itu sedetail-detailnya. Saya hanya akan membahas satu bagian dari wacana Gus Dur yang disampaikan waktu itu dan saya rasa cukup menarik.

Ketika menyampaikan masalah tentang bagaimana kita bersikap terhadap pemimpin, Gus Dur mengatakan bahwa bagaimanapun seorang pemimpin yang dipilih oleh rakyat itu haruslah dihormati. Bahkan ketika dianggap salah pun tetap harus dihormati sebagai seorang pemimpin rakyat.

Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw

Adalah menarik membahas cerita Gus Dur ketika itu di masa sekarang. Karena beberapa waktu terakhir ini publik diramaikan dengan masalah memilih pemimpin yang baik.

Diceritakan bahwa Gus Dur pernah diajak kakek yang sekaligus diaggap guru yang sangat berpengaruh baginya, yakni KH Bisri Syansuri untuk berkunjung (silaturrahim) kepada seorang kepala desa. Gus Dur kaget karena kepala desa yang dimaksud ternyata beragama Nasrani. Kemudian Gus Dur memberanikan dirinya untuk bertanya: “mengapakah sang guru harus mengunjungi kepala desa itu, padahal dia non-Muslim?”

Kemudian jawaban sang guru pun disampaikannya, bahwa meskipun non-Muslim tapi kita harus tetap menghormatinya. Kemudian Gus Dur lalu menyimpulkan di depan para jamaah bahwa bagaimanapun seorang pemimpin harus dihormati.

Namun demikian, saya memiliki dua kesimpulan lain di samping hal itu. Pertama: bahwa kasus kepemimpinan non-Muslim di Indonesia (yang mayoritas Islam) adalah sudah lama terjadi. Kedua bahwa para ulama terdahulu tidak mempersoalkan pemimpin non-Muslim, dan hal inilah yang teramat penting untuk kita pelajari saat ini.

Adalah bisa dibayangkan, bagaimana seorang KH Bisri Syansuri yang merupakan orang yang teguh memegang fiqih (jurisprudensi Islam) yang ketat-ketat, tapi tak mempersoalkan kepemimpinan non-Muslim di desanya. Seorang ulama besar murid dari ulama besar pula baik dari Indonesia sendiri maupun Timur Tengah. (Ahmad Nur Kholis)



Dari Nu Online: nu.or.id

Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw Nusantara Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw

Selasa, 20 September 2016

Sinergi Pemerintah dan Ulama di Negara Maritim

Oleh Muhammad Farid

Perlambang perekonomian suatu Negara dikatakan maju manakala ia mampu memanfaatkan potensi terbesarnya. Di Indonesia, sejak dulu sadar akan potensinya sebagai Negara maritim dengan wilayah laut yang lebih banyak daripada daratan.?

Sinergi Pemerintah dan Ulama di Negara Maritim (Sumber Gambar : Nu Online)
Sinergi Pemerintah dan Ulama di Negara Maritim (Sumber Gambar : Nu Online)

Sinergi Pemerintah dan Ulama di Negara Maritim

Sejak era Kerajaan pada abad ke 7 dan 8 M, Nusantara telah memiliki kontak dagang dan sistem kelautan yang mampu mengayomi berbagai saudagar dari seluruh penjuru dunia. Selat Malaka pada waktu itu mulai ramai dilalui pedagang Timur Tengah dalam pelayarannya ke negeri-negeri Asia Tenggara dan Asia Timur.

Catatan Marcopolo menyebutkan hal itu selanjutnya juga menjadi jalan bagi para saudagar Muslim menyebarkan ajaran Islam kepada penduduk pribumi. Berlanjut sampai pada tahun 1478 M, pasca Brawijaya V digulingkan oleh Girindrawardhana, berdirilah Kesultanan Demak sebagai tonggak awal kejayaan maritim pada bumi Nusantara.?

Penobatan Jin Bun (Sultan Fatah) sebagai Sultan Demak dilakukan oleh pimpinan majelis Walisongo yang pada saat itu dipegang oleh Sunan Giri. Keahliannya dalam hal politik dan ketatanegaraan semakin mengukuhkan Sunan Giri sebagai ahlul hal wal aqdi yang bertugas melantik Sultan. Ia juga yang telah menyusun peraturan ketataprajaan dan pedoman tata-cara (Undang-Undang) Keraton (M. Kholidul Adib: 2016).?

Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw

Menurut Sri Sultan Hamengkubuwono X, penobatan Sultan Demak tersebut juga telah dikukuhkan oleh Sultan Turki Ustmani, Sultan Mehmed II Muhammad Al-Faatih, pada 1479 M. Sultan Demak dikukuhkan dengan gelar Khalifatullah ing Tanah Jawi. Ditandai dengan penyerahan bendera Laa ilaaha illallah berwarna ungu kehitaman terbuat dari kiswah Ka’bah, dan bendera bertuliskan Muhammadurrasulullah berwarna hijau. Duplikat keduanya tersimpan di Keraton Yogyakarta sebagai pusaka.

Dalam perkembangannya Kasultanan Demak Bintoro berhasil membuktikan diri sebagai penerus sah imperium Majapahit. Alhasil dukungan para adipati di pesisir pantai utara Jawa tak hentinya mengalir. Situasi demikian itu diperkuat dengan sinergi yang telah terjalin kokoh antar lapisan sosial.?

Pemerintah Kesultanan Demak mengangkat Walisongo sebagai pimpinan tertinggi Majelis Syuro (penasihat). Meski menjadi penasehat kesultanan, Walisongo juga tetap terjun langsung kepada masyarakat. Tanggung jawab mereka sebagai ulama dimaksimalkan dengan menciptakan sinergi yang kokoh antara pemerintah, masyarakat, ulama, dan saudagar.

Walisongo sebagai konseptor bekerja sepenuh hati dan dedikasi dalam menata ketentraman Kesultanan Demak. Mereka melayani keluhan rakyat sembari memberikan harapan yang sesuai dengan kultur masyarakat pada waktu itu. Hal itulah yang menjadi alasan masyarakat mau menerima segala kebijakan yang diambil oleh pemerintah kerajaan Demak.

Hukum Islam yang diterapkan Walisongo dalam mengatur masyarakat pesisir pada waktu itu pun tidak disampaikan secara mengikat dan rumit. Akulturasi hukum yang dilakukan Walisongo sejalan dengan apa yang diharapkan masyarakat. Sehingga masyarakat pesisir (baca: nelayan) tidak pernah melakukan aksi protes.

Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw

Sesungguhnya, persoalan menciptakan kemandirian ekonomi yang layak bagi Negara Maritim bukanlah hal baru yang rumit. Bercermin dari segala yang telah dilakukan para pendahulu dengan membangun jaringan, sinergi dan paradigma yang sejalan. Kerja sama yang baik antara pemerintah, nelayan, investor, serta keseimbangan alam adalah jalan terbaiknya.?

Menjaga ekosistem pesisir, memberdayakan kaum nelayan, perbaikan infrastruktur, juga dialog yang terus berjalan antara pemerintah dan masyarakat menjadi keniscayaan. Pendampingan dengan teknologi tepat guna juga diperlukan untuk menaikkan kapasitas nelayan.

Sebagaimana yang diterapkan Kerajaan Demak dahulu kala, pemerintah seharusnya bisa memanfaatkan jaringan ulama yang tersebar di Nusantara. Demikian itu telah menjadi kultur masyarakat kita, yang hanya bisa dikendalikan oleh ketokohan seseorang. Yang kita kenal dengan sebutan kiai.

Penulis adalah Stage Manager di Paradigma Institute Kudus.

Dari Nu Online: nu.or.id

Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw Tegal, Pahlawan Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw

Jumat, 16 September 2016

Selamat Datang, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal!

Jakarta, Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw. Lembaga baru bernama Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) yang berada di bawah Kementerian Agama telah diresmikan. Badan yang dibentuk pemerintah ini telah sah menjadi lembaga resmi untuk menyelenggarakan Jaminan Produk Halal (JPH).

Selamat Datang, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal! (Sumber Gambar : Nu Online)
Selamat Datang, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal! (Sumber Gambar : Nu Online)

Selamat Datang, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal!

Peresmian lembaga ini dipimpin langsung Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Auditorium HM Rasyidi Gedung Kementerian Agama Jl MH Thamrin 6 Jakarta, Rabu (11/10). Peresmian tersebut bertajuk “Produk Halal Indonesia Untuk Masyarakat Dunia.”

Hadir dalam peresmian tersebut, Ketua Umum MUI KH Ma’ruf Amin, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Nur Achmad, Kepala BPJPH Prof Sukoso PhD, dan sejumlah pejabat Eselon I dan II, serta perwakilan pimpinan ormas Islam.

Dalam pidato pengarahannya, Menag meminta BPJH secepatnya melakukan konsolidasi baik internal maupun eksternal. 

Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw

“Saya berharap BPJH segera mengonsolidasikan tugas dan fungsi badan ini baik menyangkut perangkat kelembagaan, infrastruktur regulasi, prosedur kerja, layanan sertifikasi, sistem pengawasan maupun aspek pengembangan kerjasama domestik global,” ujarnya.

Penguatan kerja sama tersebut, lanjut Menag, antara lain dilakukan dengan kementerian dan lembaga terkait, serta Lembaga Pemeriksaan Halal (LPH) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kerja sama dengan LPH misalnya bisa dilakukan dalam hal pemeriksaan dan atau pengujian produk. Sedangkan kerja sama antara BPJPH dengan MUI, dilakukan dalam bentuk sertifikasi auditor halal, penetapan kehalalan produk, dan akreditasi LPH.

“Pasca-beroperasinya BPJH kewenangan MUI tetap penting dan strategis, yaitu memberikan fatwa penetapan kehalalan suatu produk yang kemudian disampaikan kepada BPJH sebagai dasar penebitan Sertifikasi Halal,” tandas Menteri Lukman.

Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw

Putra bungsu Menteri Agama KH Saifuddin Zuhri ini juga meminta layanan sertifikasi dan pengawasan Jaminan Produk Halal menerapkan prinsip integritas dan transparansi secara konsisten. Para pegawai BPJPH juga diharap menghindari segala macam pungli dan gratifikasi.

Badan yang lahir berdasarkan amanat UU No. 33 Tahun 2014 tentang jaminan produk halal ini, lanjut Menag, juga harus proaktif melakukan penguatan basis kerja sama dan pengembangan diplomasi halal baik pada level nasional maupun global.

Menteri Lukman menambahkan, dalam konteks ekonomi global, perkembangan industri halal dewasa ini telah menjadi tren dunia. Bahan dalam proyeksi ke depan pemerintah menginginkan Indonesia masuk kategori 10 besar negara produsen halal dunia.

Menag berharap, diresmikannya BPJPH menjadikan stimulan untuk membangkitkan dan menggairahkan perkembangan industri halal di Tanah Air yang berujung pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

“Saya yakin hal itu akan tercapai dengan adanya dukungan, kerjasama, sinergitas dan kebersamaan semua pihak. Pesan Al-Qur’an tentang konsumsi produk halal merupakan pesan universal untuk kemaslahatan umat manusia seluruhnya,” pungkas Menteri Lukman. (Musthofa Asrori/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw Kajian Islam Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw

Minggu, 11 September 2016

PCINU Korea Diminta Perjuangkan Masjid TKI

Seole, Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw. Terbentuknya Pengurus Cabang istimewa NahdlatulUlama (PCINU) Korea mendapat respon positif dari kalangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di negara tersebut. Mereka mengharapkan PCINU mampu memperjuangkan keberadaan musholla dan masjid yang didirikan TKI memiliki badan hukum tetap.

Demikian yang disampaikan salah seorang TKI sekaligus anggota PCINU Korea Ahmad Fahmi Asmawi kepada Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw melalui jajaring sosial Facebook, Jum’at (28/6).

PCINU Korea Diminta Perjuangkan Masjid TKI (Sumber Gambar : Nu Online)
PCINU Korea Diminta Perjuangkan Masjid TKI (Sumber Gambar : Nu Online)

PCINU Korea Diminta Perjuangkan Masjid TKI

Fahmi mengutarakan para TKI Korea telah banyak mendirikan musholla dan masjid di sejumlah wilayah negara yang dikenal dengan gingsengnya tersebut. Sampai saat ini bangunan masjid-musholla yang sudah berdiri sekitar 26 jumlahnya namun belum berbadan hukum. 

Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw

”Kami sangat senang dan berharap PCINU ini nanti bisa memperjuangkan masjid-musholla berbadan hukum tetap. Terutama masjid daerah Chanwon yang tanah dan bangunannya sudah dibeli TKI tetapi ijinnya tak bisa keluar,” ujarnya.

Pria asal kota Kudus Jawa Tengah ini menuturkan sebagian besar musholla yang didirikan ini berawal dari jamiyah tahlil dan yasinan para Tenaga Kerja Indonesia. Mereka menyadari pentingnya sarana prasana itu untuk kepentingan sebagai tempat ibadah secara khusyu dan tempat pengajian bagi TKI Muslim di Korea.

Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw

“Kawan-kawan TKI juga berharap PCINU mendatangkan ustadz dai/kiai secara kesinambungan untuk penguatan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Sebab disini juga sudah terjangkit virus Wahabi,” pinta Fahmi lagi.

Fahmi juga menginformasikaan kepengurusan PCINU Korea sudah dilantik oleh wakil Ketua Umum PBNU H As’ad Said Ali pada 25 Mei 2013 di Masjid Sayyidina Bilal, Changwon Kyongnamdo. 

“Kita ingin bisa segera kerjasama secara resmi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Korea,”imbuhnya.

Mengenai kegiatan para TKI Korea, Fahmi menuturkan disamping bekerja juga mengadakan pengajian keagamaan yang diadakan rutin secara online setiap malam Senin.

Redaktur    : Mukafi Niam

Kontributor : Qomarul Adib

Dari Nu Online: nu.or.id

Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw Pemurnian Aqidah, Kyai Ustadz Felix Siauw Official Blog Resmi Felix Siauw